Jakarta – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah merampungkan audit teknologi proses STAL (Step Temperature Acid Leach) pada pilot plant pengolahan laterit nikel milik PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI), Kamis (6/5) di Bogor, Jawa Barat. Adapun, teknologi STAL merupakan teknologi pengolahan nikel dan kobalt secara hidrometalurgi, yang dikembangkan oleh PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (TMM), dengan kode saham PURE, serta dimiliki oleh HMI selaku entitas anak perusahaan TMM.

Hasil audit teknologi STAL menunjukkan bahwa pada tahap proses pelindian, teknologi ini dapat menghasilkan recovery nikel mulai 89 hingga 91%, dan kobalt sebesar 90 hingga 94%. Sementara itu, pilot plant STAL juga telah mampu menghasilkan MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) dengan kandungan Ni hingga lebih dari 35%, dimana produk MHP ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM) BPPT, Dr. Ir. Rudi Nugroho, M.Eng mengatakan bahwa recovery Nikel dengan teknologi STAL dapat mencapai 89 sampai dengan 91%. Ini jauh lebih bagus daripada AL (Atmosphere Leaching) yang hanya 50 hingga 70%, dan tipis bedanya dengan HPAL (High Pressure Acid Leaching) yang sekitar 95 hingga 96%. Menurut Rudi, dengan kualitas yang tipis bedanya ini, teknologi STAL memiliki kelebihan dari sisi peralatan dan operasional yang lebih simple daripada HPAL.

“Butuh skill khusus untuk mengoperasikan HPAL. Peralatannya lebih kompleks, seperti tangki-tangki yang digunakan harus bisa dioperasikan dengan tekanan tertentu yang sesuai dengan standar High Pressure Acid Leaching,” ungkap Rudi Nugroho.

Lebih lanjut, Rudi Nugroho memberikan apresiasi terhadap kehadiran Trinitan Industrial Development Assessment Center (TINDAC) sebagai suatu sarana pengembangan. Menurut Rudi, komitmen dari swasta, dalam hal ini TMM, sangat besar untuk mengeluarkan inovasi teknologi, dengan menciptakan suatu ekosistem, bekerja sama antar stakeholder.

Sementara itu, Direktur Utama TMM, Petrus Tjandra berharap agar sinergisitas yang sudah dibangun dengan BPPT dapat terus berlangsung, terutama dalam pengembangan turunan dari produk-produk STAL, agar dapat memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat kedaulatan Republik Indonesia dengan basis riset dan inovasi.

“Indonesia membutuhkan kehadiran inovasi-inovasi teknologi pengolahan yang mumpuni seperti teknologi STAL, yaitu teknologi karya anak bangsa yang mampu memanfaatkan kekayaan alam di bumi Indonesia, dengan mengolahnya untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah (added value),” ujar Petrus.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Budiman Sudjatmiko selaku Ketua Pelaksana Kerja Sama Operasi (KSO) Kawasan Bukit Algoritma menyampaikan bahwa jika kita bisa mengembangkan teknologi ini (teknologi STAL), dengan riset, dan mendapatkan investasi dalam maupun luar, maka Indonesia akan menjadi Raja Baterai Dunia yang akan menggerakkan seluruh mesin, membangun ekonomi dan peradaban dunia.

“Karena itu saya sebagai Ketua Pelaksana KSO Kawasan Bukit Algoritma, yang kita bangun di Sukabumi seluas 888 hektar, mengajak kerjasama agar R&D-nya terus dikembangkan dan TMM bisa menggunakan fasilitas kami. Manufakturnya disini tapi research-nya bisa kita kembangkan di sana. Pihak BPPT pun juga kami persilahkan untuk menggunakan fasilitas di sana. Kita bisa sediakan. Ayo kita kerjasama.” pungkas Budiman.

Pengembangan teknologi STAL yang dilakukan oleh TMM belum lama ini juga mendapat dukungan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Dilansir dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menko Luhut menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan teknologi baru dari anak bangsa tersebut, seraya menyampaikan keinginannya agar produk-produk dalam negeri dapat terus maju. Selain itu, Menko Luhut juga berpesan kepada semua pihak agar teknologi STAL ini dapat dikembangkan terus, sekaligus berharap agar Indonesia dapat menarik investor yang sesuai untuk pengembangan teknologi ini. (*)