Jakarta – PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (TMM), dengan kode saham PURE, siap mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk membangun industri baterai mobil listrik di dalam negeri. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama TMM, Petrus Tjandra baru-baru ini, menyikapi rencana pertemuan antara pemerintah Indonesia dengan produsen mobil listrik, Tesla Inc. pada bulan Februari 2021.
Menurut Petrus Tjandra, bangsa Indonesia memiliki modal utama untuk tampil sebagai produsen baterai mobil listrik yaitu memiliki sumber daya nikel terbesar di dunia dalam bentuk bijih nikel laterit, yang seyogyanya juga didukung oleh teknologi pengolahan bijih nikel untuk meningkatkan nilai tambah bijih nikel laterit ini di dalam negeri.
“Kami tidak setuju jika Indonesia dikatakan hanya punya bahan bakunya saja, namun belum memiliki teknologinya. Karena TMM sudah mengembangkan teknologi hidrometalurgi Step Temperature Acid Leach (STAL),” ujar Petrus Tjandra.
Untuk diketahui, teknologi STAL merupakan salah satu teknologi pengolahan bijih nikel dan kobalt berbasis hidrometalurgi pertama kali dikembangkan di Indonesia oleh TMM. Teknologi ini diklaim mampu melakukan konversi bijih nikel laterit berkadar rendah menjadi Pregnant Leach Solution (PLS) dalam waktu 4 jam, yang dapat diolah ke produk lanjutannya seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) atau Mixed Sulphide Precipitate (MSP), maupun nikel murni atau Ni/Co sulfate.
Menurut Petrus Tjandra, teknologi STAL merupakan hasil kerja keras dan investasi teknologi yang dilakukan TMM pada tahun 2020.
“Saya pribadi mengucapkan terima kasih untuk kerja keras Manajemen TMM yang lalu (sebelum RUPST tanggal 19 Agustus 2020), karena telah berjuang sekuat tenaga agar dapat berinvestasi dalam teknologi STAL. Kami bersyukur dan berharap bahwa kerja keras dan investasi teknologi yang telah dilakukan tersebut dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia,” ungkap Petrus Tjandra.
Beberapa waktu lalu, Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), bersama ahli hidrometalurgi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Zaki Mubarok juga telah melakukan validasi terhadap teknologi STAL, untuk mengetahui sejauh mana performa teknologi STAL dalam mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah.
Perekayasa Ahli Utama PSDMBP, Ir. Armin Tampubolon, M.Sc. mengatakan, berdasarkan hasil pengujian yg dilakukan Prof. Zaki Mubarok dan tim bersama tim internal TMM dengan sampel bijih dari Luwuk, Sulteng yang hasilnya cukup baik, maka pihaknya berharap agar TMM dapat mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah yang selama ini belum termanfaatkan dengan optimal di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap proses STAL, Prof. Zaki menyimpulkan bahwa persen ekstraksi nikel yang dihasilkan pada tahap leaching berkisar antara 84-88%, sementara persen ekstraksi kobalt berkisar antara 88-92%. Dari 6 (enam) kali pengujian, lanjutnya, konsumsi asam sulfat pada proses STAL secara umum signifikan lebih rendah dari proses direct atmospheric agitation leaching.
“Teknologi STAL pada prinsipnya sudah dapat menghasilkan tingkat recovery nikel dan kobalt yang acceptable, dapat menurunkan konsentrasi besi yang ikut terlarut pada tahap leaching pada tekanan atmosfer, sehingga konsumsi asam sulfat dapat diturunkan.” ujar Prof. Zaki. (*)