Jakarta – Dalam acara Business Gathering 2020 yang digelar secara virtual beberapa waktu lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengolahan Mineral dengan PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE).
Dalam kesempatan yang sama, entitas anak perusahaan PURE yaitu PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI) juga melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) tentang Audit Teknologi Proses STAL (Step Temperature Acid Leach) Pada Pilot Plant Pengolahan Laterit Nikel milik PT Hydrotech Metal Indonesia, dengan Pusat Pelayanan Teknologi (Pusyantek) BPPT.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Kepala BPPT, Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc., IPU. dan Direktur Utama PURE, Petrus Tjandra. Sedangkan penandatanganan PKS dilakukan oleh Direktur Utama HMI, Widodo Sucipto dan Kepala Pusyantek BPPT, Dr. Yenni Bakhtiar, M.Ag.Sc.
Untuk diketahui, HMI merupakan entitas anak perusahaan yang memiliki hak atas teknologi pemurnian mineral yang dikembangkan oleh PURE, salah satunya yaitu teknologi STAL.
Direktur Utama PURE, Petrus Tjandra mengatakan bahwa teknologi STAL sudah terbukti berhasil melakukan konversi bijih Nikel laterit kadar rendah menjadi Pregnant Leach Solution (PLS) dalam waktu 4 jam, yang akan diolah ke produk lanjutannya seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) atau Mixed Sulphide Precipitate (MSP), maupun Nikel Murni atau Ni/Co Sulfate.
Menurut beliau, audit teknologi yang dilakukan oleh BPPT terhadap teknologi STAL ini diharapkan akan dapat memvalidasi bahwa teknologi STAL merupakan solusi bagi pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah di Indonesia, yang mampu menghasilkan nikel 99,96% (LME Grade), nikel sulfat (NiSO4), dan kobalt sulfat (CoSO4) battery grade.
“Teknologi ini sebelumnya belum pernah dikembangkan di Indonesia, dan kami yakini akan dapat menjadi salah satu hasil karya anak bangsa yang membanggakan bagi Indonesia, karena dapat meningkatkan nilai jual bijih nikel laterit kadar rendah yang menumpuk di Indonesia, dengan biaya investasi yang efisien,” ujar Petrus Tjandra.
Lebih lanjut, Petrus Tjandra juga mengatakan jika entitas anak perusahaan PURE (HMI) akan melakukan ekspor teknologi miliknya tersebut dengan melakukan IPO di Kanada.
“Setelah dari Kanada, kami akan menuju ke London yang merupakan pusat metal dunia. Selain untuk memperluas akses investor global terhadap penerapan teknologi milik HMI, kami juga ingin membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu menjadi pionir teknologi di dunia,” ungkap Petrus Tjandra.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral BPPT, Dr. Ir. Rudi Nugroho, M.Eng. mengatakan jika kerjasama BPPT dan PURE merupakan salah satu perwujudan sinergi BPPT dengan pihak swasta. Menurut beliau, kerjasama ini tidak hanya sebatas audit atau evaluasi teknologi, tapi hasilnya nanti harus bisa diimplementasikan dalam skala komersil.
“Harapannya nanti, kerjasama dengan PURE itu bisa diwujudkan dalam skala yang komersil sehingga bangsa Indonesia dapat menguasai teknologi mineral, khususnya untuk Nikel, dan bisa bersaing dengan teknologi-teknologi yang datang dari negara lain.” tutup Rudi Nugroho. (*)