Jakarta – PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (TMM) melalui entitas anak perusahaannya, yaitu PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI) saat ini tengah menginisiasi sebuah program bernama Green Plus Program (Green+), yang berfokus pada aspek lingkungan, sosial dan tata kelola (LST). Program ini merupakan salah satu upaya TMM dan HMI untuk mewujudkan tata kelola nikel nasional yang ramah lingkungan.
Pada aspek lingkungan, Green+ memiliki beberapa inisiatif seperti pengurangan emisi karbon, manajemen residu, maupun program rehabilitasi lingkungan. Untuk aspek sosial, Green+ juga memiliki beberapa inisiatif seperti tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. Sedangkan untuk aspek tata kelola, Green+ memiliki inisiatif untuk mewujudkan struktur kebijakan tata kelola perusahaan dan struktur tata kelola perusahaan yang baik.
Direktur Utama HMI, Widodo Sucipto menjelaskan bahwa Green+ merupakan sebuah program untuk menjamin/mensertifikasi bahwa teknologi hidrometalurgi STAL (Step Temperature Acid Leach) yang dioperasikan oleh pelaku industri sudah memprioritaskan lingkungan hidup, untuk mencapai ekonomi rendah karbon, berdaya bahan dan sumber daya yang efisien.
Menurut Widodo, Green+ akan memastikan bahwa teknologi STAL yang dioperasikan sudah dilengkapi oleh kontrol digital yang mampu mengeluarkan data gas buang, maupun limbah olahan secara real time dan dapat terhubung dengan pihak yang berkepentingan, agar potensi pencemaran lingkungan dapat terdeteksi secara lebih dini.
“Green+ juga menargetkan terciptanya penurunan emisi karbon secara bertahap dalam proses STAL, melalui peningkatan efisiensi energi maupun penggunaan energi alternatif, salah satunya adalah alternatif energi terbarukan. Untuk itu, Green+ akan menggandeng para ahli dalam melakukan pengukuran maupun riset terkait penurunan emisi karbon,” ungkap Widodo Sucipto.
Kemudian, kata Widodo, Green+ akan memastikan bahwa residu yang dihasilkan oleh STAL pada dasarnya sudah tebebas dari reaksi kimia Sulphuric Acid, sehingga dapat diolah kembali menjadi produk samping (by-product) berupa iron ore dan batu bata (brick). Selain itu, lanjutnya, Green+ juga akan memastikan bahwa pemilik IUP yang menggunakan teknologi STAL memiliki komitmen untuk menjalankan kegiatan rehabilitasi lingkungan, dengan melakukan penanaman kembali di lokasi penambangan.
“Melalui Green+, kami ingin mewujudkan tata kelola nikel nasional yang ramah lingkungan, sekaligus tetap memperhatikan aspek sosial. Salah satunya adalah dengan memberdayakan komunitas masyarakat di daerah, serta melarang eksploitasi anak dibawah umur, mulai dari kegiatan penambangan hingga proses pengolahan.” pungkas Widodo Sucipto. (*)